Selasa, 17 Februari 2009

“Thanks For All The Thing Happen To Your Life”

Saya Bersyukur untuk Istri
Yang memberiku makanan yang sama dengan malam kemarin
Karena Istriku DIRUMAH malam ini,
dan TIDAK bersama orang lain

BERSYUKUR UNTUK SUAMI
Yang duduk bermalasan di Sofa
Sambil baca koran males-malesan ,
Karena doi bersama aku dirumah
dan Tidak keluyuran .. apalagi ke Bar malem ini.

Bersyukur untuk anakku
Yang selalu PROTES dirumah
Karena artinya .... dia sedang dirumah
dan TIDAK sedang keluyuran di jalanan

BERSYUKUR untuk Pajak yang saya bayar
karena artinya ...
Saya bekerja ... atau Punya penghasilan ...

BERSYUKUR untuk rumah yang berantakan.. . ..
Karena artinya saya masih punya kesempatan
melayani orang-orang yang mengasihi saya ...

BERSYUKUR untuk baju yang mulai kesempitan
karena artinya ...
Saya bisa lebih d ari cukup untuk makan ...

BERSYUKUR pada Bayangan yang mengikutiku
Karena artinya ...
Aku tidak disilaukan oleh Matahari ....

BERSYUKUR untuk Kebun yang harus dirapikan dan perkara yang harus dibetulkan dirumah .. !!
Karena artinya ... saya punya Rumah !!!

BERSYUKUR akan berita orang yang lagi DEMO .
karena artinya
Kiat masih PUNYA kebebasan untuk berbicara

BERSYUKUR untuk dapat tempat parkir yang paling jauh ...
Karena artinya saya masih bisa berjalan kaki ..
dan diberkati dengan kendaraan yang saya bisa bawa ...

BERSYUKUR untuk Cucian ...
Karena artinya ... saya punya baju yang bisa dipakai ...

BERSYUKUR karena kepenatan dan kelelahan kerja setiap hari ...
karena artinya ... SAYA mampu bekerja keras setiap hari ....

BERSYUKUR mendengar Alarm yang mengganggu di pagi hari ...
Karena artinya ... SAYA MASIH HIDUP ...

AKHIRNYA ... BERSYUKUR
dengan banyaknya E-mail yang masuk ..
KARENA ARTINYA SAYA MASIH PUNYA ANDA YANG MEMPERHATIKAN SAYA.. !! Hiduplah, Senyumlah & Kasihi sesama dengan seluruh HATIMU .. !!

Rabu, 04 Februari 2009

Oknum Polisi yang sok Kuasa Menilang

Beberapa waktu yang lalu sekembalinya berbelanja kebutuhan, saya sekeluarga pulang dengan menggunakan taksi. Ada adegan yang menarik ketika saya menumpang taksi tersebut, yaitu ketika sopir taksi hendak ditilang oleh polisi. Sempat teringat oleh saya dialog antara polisi dan sopir taksi.Polisi (P) : Selamat siang mas, bisa lihat Sim dan STNK ?Sopir (Sop): Baik Pak.P : Mas tau kesalahannya apa ?Sop: Gak Pak.P : Ini nomor polisinya gak seperti seharusnya (sambil nunjuk ke plat nomor taksi yang memang gak standar) sambil langsung mengeluarkan jurus sakti mengambil buku tilang, lalu menulis dengan sigap.Sop: Pak jangan ditilang deh. Wong plat aslinya udah gak tau ilang kem ana . Kalo ada pasti saya pasang.P : Sudah saya tilang saja. Kamu tau gak banyak mobil curian sekarang ? (dengan nada keras !!)Sop: (Dengan nada keras juga) Kok gitu !Taksi saya kan  ada STNKnya Pak. Iini kan bukan mobil curian !P: Kamu itu kalo dibilangin kok ngotot (dengan nada lebih tegas). Kamu terima aja surat tilangnya (sambil menyodorkan surat tilang warna MERAH).Sop: Maaf, Pak saya gak mau yang warna MERAH suratnya. Saya mau yang warna BIRU aja.P : Hey ! (dengan nada tinggi), kamu tahu gak sudah 10 hari ini form biru itu gak berlaku !Sop: Sejak kapan Pak form BIRU surat tilang gak berlaku ?P : Ini kan dalam rangka OPERASI, kamu itu gak boleh minta form BIRU. Dulu kamu bisa minta form BIRU, tapi sekarang ini kamu gak bisa. Kalo kamu gak mau, ngomong sama komandan saya (dengan nada keras dan ngotot)Sop: Baik Pak, kita ke komandan Bapak aja sekalian (dengan nada nantangin tuh polisi)Dalam hati saya, berani betul sopir taksi ini.P : (Dengan muka bingung) Kamu ini melawan petugas ?Sop: Siapa yang melawan ? Saya kan cuman minta form BIRU. Bapak kan yang gak mau ngasihP : Kamu jangan macam-macam yah. Saya bisa kenakan pasal melawan petugas !Sop: Saya gak melawan ? Kenapa Bapak bilang form BIRU udah gak berlaku ? Gini aja Pak, saya foto bapak aja deh. Kan bapak yang bilang form BIRU gak berlaku(sambil ngambil HP)Wah ... wah .... hebat betul nih sopir ! Berani, cerdas dan trendy. Terbukti dia mengeluarkan HPnya yang ada kamera.P : Hey ! Kamu bukan wartawan kan ? Kalo kamu foto saya, saya bisa kandangin(sambil berlalu).Kemudian si sopir taksi itu pun mengejar polisi itu dan sudah siap melepaskan shoot pertama (tiba-tiba dihalau oleh seorang anggota polisi lagi)P 2 : Mas, anda gak bisa foto petugas sepeti itu.Sop: Si Bapak itu yang bilang form BIRU gak bisa dikasih (sambil tunjuk polisi yang menilangnya)Lalu si polisi ke 2 itu menghampiri polisi yang menilang tadi. Ada pembicaraan singkat terjadi antara polisi yang menghalau si sopir dan polisi yang menilang. Akhirnya polisi yang menghalau tadi menghampiri si sopir taksi.P 2 : Mas, m ana surat tilang yang merahnya? (sambil meminta)Sop: Gak sama saya Pak. Masih sama temen Bapak tuh(polisi ke 2 memanggil polisi yang menilang)P : Sini, tak kasih surat yang biru (dengan nada kesal)Lalu polisi yang nilang tadi menulis nominal denda sebesar Rp.30.600 sambil berkata : Nih kamu bayar sekarang ke BRI ! Lalu kamu ambil lagi SIM kamu disini. Saya tunggu.S: (Yes !!) OK Pak ! Gitu dong, kalo gini dari tadi kan  enak.Kemudian si sopir taksi segera menjalankan kembali taksinya sambil berkata pada saya, : Pak, maaf kita ke ATM sebentar ya . Mau transfer uang tilang . Saya berkata : "Ya, silakan."Sopir taks ipun langsung ke ATM sambil berkata, "Hatiku senang banget Pak, walaupun di tilang, bisa ngasih pelajaran berharga ke polisi itu. Untung saya paham macam-macam surat tilang.Tambahnya, : "Pak kalo ditilang kita berhak minta form biru, gak perlu nunggu 2 minggu untuk sidang. Jangan pernah pikir mau ngasih DUIT DAMAI ! Mending bayar mahal ke negara sekalian daripada buat oknum.Dari obrolan dengan sopir taksi tersebut dapat saya infokan ke Anda sebagai berikut :SLIP MERAH, berarti kita menyangkal kalau melanggar aturan dan mau membela diri secara hukum (ikut sidang) di pengadilan setempat. Itu pun di pengadilan nanti masih banyak calo, antrian panjang dan oknum pengadilan yang melakukan pungutan liar berupa pembengkakan nilai tilai tilang. Kalau kita tidak mengikuti sidang, dokumen tilang dititipkan di kejaksaan setempat.. Disini pun banyak calo dan oknum kejaksaan yang melakukan pungutan liar berupa pembengkakan nilai tilang..SLIP BIRU, berarti kita mengakui kesalahan kita dan bersedia membayar denda. Kita tinggal transfer d ana via ATM ke nomer rekening tertentu (kalo gak salah norek Bank BUMN).Sesudah itu kita tinggal bawa bukti transfer untuk ditukar dengan SIM/STNK kita di Kapolsek terdekat di m ana kita ditilang.You know what ? Denda yang tercantum dalam KUHP Pengguna Jalan Raya tidak melebihi 50ribu ! Dan d ana nya RESMI MASUK KE KAS NEGARA.

Ajari Aku Mencintai Mereka

Suatu hari di pemondokan haji di Mekkah, terlihat seorang laki-laki berusia 60 tahunan sedang asyik berkirim-kiriman SMS. “Dari siapa tho, Mas? Asyik betul dari tadi SMS-an. Cucu ya?“ tanya teman sepemondokannya sambil tersenyum.“Ndak, dari si bungsu.” jawabnya masih asyik dengan telepon genggamnya.“Biasanya anak perempuan itu perhatian ya. Saya lihat Mas tiap malam asyik ber-SMS ria.” Lanjut teman yang lain. Kali ini yang ditanya mengangkat sejenak wajahnya dari telepon genggamnya.“Anakku lanang kabeh kok.” katanya sambil tersenyum. “Si bungsu ini memang perhatian sekali dengan kami. Walau jauh, tak pernah sedikitpun mengurangi perhatiannya.” Ada nada haru dalam ucapannya sambil membayangkan sang pengirim SMS.
Lain waktu si pengirim SMS ini sedang berada di ruangan kerjanya di salah satu laboratorium universitas. Sedang asyik bekerja tiba-tiba suara seorang laboran memecahkan konsentrasinya. “Telepon dari Ibu, Pak.” katanya sambil melongok dari balik lemari. Inti percakapan telepon itu, ibunda memintanya datang untuk membetulkan kompor! Tak dibantah permintaan ibunda. Tak dipikirkannya juga resiko kemacetan menuju wilayah barat Jakarta ini dari Depok. Tak dimintanya juga ibunda mencari orang lain untuk membetulkan benda itu. “Iya Bu… insya Allah selepas Bowo jaga ujian, langsung ke Kebun Jeruk.” janjinya. “Jangan lupa ya, Dek. Ibu jadi nggak bisa masak nih, kompornya tidak menyala.” katanya menegaskan. Hmmm… dia dipanggil Dek Bowo, itulah panggilan kesayangan di rumah. Panggilan Dek, menunjukkan urutan kelahiran dalam keluarganya.
***
Ada lagi hal menarik yang menujukkan kedekatan hubungan ibu dan anak ini. Saat ia bertugas menjadi pembimbing praktik lapangan mahasiswa. Ayah dan Ibunda mengantarkannya sampai lokasi keberangkatan. Dicium tangan ayahnya, lalu ibunya. Cuup… Cuuup… Muaaaaahh! Ibunda kemudian mendaratkan ciuman di pipi ananda. Tak dipedulikannya tatapan takjub mahasiswanya dari dalam bus melihat pemandangan itu. Lebih baik malu dilihat mahasiswa, daripada membuat sakit hati ibunda. Ini sudah jadi kebiasaan sejak kecil. Apa salahnya menyenangkan hatinya, begitu pikirnya.
Selain pandai menyenangkan hati, si bungsu selalu meminta restu keduanya untuk keputusan penting dalam hidup. Ada anjuran dari instansinya, agar staf pengajar melanjutkan studi ke luar negeri. Dicobanya beberapa aplikasi, namun sayang, tak ada yang berhasil. Dipikirkan apa kekurangannya, rasa-rasanya semua persyaratan sudah dipenuhi dengan baik. Saat wawancara pun tak ada masalah. Didiskusikan hal ini dengan sang istri. “Mas, sudah bilang ibu belum tentang hal ini?” Ia berpikir keras. ”Sudah.” katanya pasti. “Maksudnya, tanya betul-betul apakah Ibu berkenan jika mas belajar ke luar.” lanjut istrinya.Plak!! Ditepuk dahi menyadari kekhilafannya. “Iya, betul. Belum tanya ibu berkenan atau tidak. Saya hanya memberitahu, mau melamar beasiswa.” katanya sambil manggut-manggut. “Ibu mungkin keberatan selama ini, karena konsekuensinya kita akan jauh darinya.” katanya dengan suara pelan.
Jawaban ibunda terjawab keesokan hari. Dipandang anak bungsunya dengan seksama. Sebuah episode berat terbayang menggelayut wajah ibunda. “Dek…. Ibu ridho kok kalau Dek Bowo mau sekolah ke luar…” katanya tercekat. Lalu diam. Terlihat buliran air mata menganak sungai di pipinya. “Tapi… tapi… kalau misalnya kesempatan itu didapat…,” kalimatnya terputus. “ Jangan sampai menjauhkan kita ya, Dek.” katanya tak kuasa menahan tangis. Meledaklah tangisnya. “Huuu... Huuu… Dek Bowo itu yang paling tahu kesenangan dan kesusahan Bapak Ibu.” cetusnya dengan berlinang air mata. Demi mendengar itu, diambilnya tangan ibunda. Diciumnya tangan yang sudah penuh guratan ini dengan takzim. “Saya berjanji Bu, insya Allah walaupun jauh akan selalu menghubungi Ibu sama sering ketika Bowo berada di Depok.” janjinya sambil menahan linangan air mata.Dan… Ajaib! Kali ini berhasil! Ridho Allah berada dalam keridhoan orangtua terbukti. Maka dimulailah babak baru keluarga kecil Bowo di Negeri Matahari Terbit.
***
Ya Allah, Ku berterima kasih telah Engkau berikan seorang suami yang begitu mencintai kedua orang tuanya. Dia telah mengajariku bagaimana menghujani cinta dan perhatian terutama bagi ibunda, dimana di telapak kakinya surga-Mu berada. Semoga kecintaan kami dan kecintaan kedua orang tua kami, mendekatkan kepada cinta-Mu. Amiin.
Okayama, 27 Muharam 1430 Hanibowo@yahoo.co.jp